Sekarang kita sudah berada pada zaman yang sudah terbalik, zaman yang orang-orangnya sudah jauh berubah daripada keadaan sahabat Nabi ketika ditinggal oleh Nabi Muhammad SAW. Begiu pula jauh berubah dari zamannya para tabiin serta zamannya para tabi’ tabi’in, kita sekarang berada pada zaman dimana amal kebaikan telah jauh berkurang, begitu pula orang-orang yang baik sangat sedikit jumlahnya, sementara amal kemaksiatan dan kekejian terus bertambah dan merata dimana-mana, begitu pula orang jahatnya bertambah jumlahnya dengan pesat dan merajalela di semua benua. Kita lihat sekarang banyak orang yang berkata “laa ilaaha illallah” dan meyakini kalimat “laa ilaaha illallah”. Akan tetapi sedikit dari mereka yang ikhlas dalam mengucapkannya, sedikit dari mereka yang melaksanakan hakikat dari kalimat “laa ilaaha illallah”. Sebagaimana telah disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW :
لاَ يَأْتِيْ عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إلاَّ الّذيْ بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ
Tidak datang kepada kalian suatu zaman kecuali zaman yang setelahnya akan lebih jelek dan lebih buruk dari zaman sebelumnya
Kalau sudah demikian yang terjadi kata Nabi Muhammad SAW berarti hari kiamat sebentar lagi akan tiba. Kita sekarang berada di akhir zaman. Kita berada di zaman dimana fitnah itu sangat dahsyat dan tersebar serta merajalela, baik kedurhakaan para anak kepada kedua orang tua ataupun kedurhakaan para istri kepada para suami. Kita lihat pada zaman ini kedurhakaan para istri sudah mencapai batas klimaksnya yang sangat memilukan hati kita semua, dimana dibuktikan melalui riset yang dibuat dengan akurat bahwasannya 85% istri-istri yang ada pada zaman ini termasuk kategori tolehah alias tidak sholehah. Dikatakan pula oleh para ulama bahwasannya kesalehan seorang anak 60% tergantung kepada kesalehan ibunya, dan hanya 40% tergantung kepada keshalehan ayahnya. Artinya jika ibunya adalah seorang wanita ahli maksiat, maka otomatis anaknya pun demikian. Walaupun ayahnya seorang kyai atau ustad, begitu pula sebaliknya. Jadi kesalehan semua anak atau tidaknya tergantung kepada kesalehan ibunya oleh karena itu dikatakan oleh para ulama bahwasannya ibu itu merupakan sekolah pertama bagi pendidikan seorang anak.
Ketahuilah bahwasannya putra putri kita adalah tanggung jawab kita semua, mereka merupakan sebuah amanat yang Allah titipkan kepada kita sebagai orang tua untuk kita didik dan kita tempa keimanannya dan bukan hanya untuk diberi makanan saja, akan tetapi kita didik mereka supaya menjadi anak-anak yang sholeh sholeha, menjadi orang yang berguna bagi keluarga, nusa dan bangsa. Karena kalau tidak kita didik mereka sesuai dengan didikan Nabi Muhammad SAW, maka mereka suatu waktu kelak akan menjadi musuh dan fitnah yang sangat menjerumuskan kita sebagai orang tua, sehingga pantas jika di dalam Al Qur’an anak maupun istri kita disebutkan sebagai musuh dan fitnah yang harus kita waspadai, anak istri kita akan menjadi sebuah fitnah yang akan menjauhkan kita dari Allah SWT, yang akan menjerumuskan kita ke dalam gubangan dosa demi dosa. Sehingga diriwayatkan dalama sebuah hadist dimana Nabi SAW bercerita bahwa ada seseorang yang sudah diputuskan sebagai seorang ahli surga, karena memang amal baiknya lebih banyak dari amal buruknya. Akan tetapi tiba-tiba ada suara tuntutan dari dalam neraka yang menuntutnya dengan berkata “Wahai Tuhanku! Ambillah hak kami daripada orang ini, ia menelantarkan hak kami karena dia tidak mengajarkan kepada kami apa yang seharusnya kami ketahui. Dan dulu pada waktu di dunia dia selalu memberi kami makanan yang haram sementara kami tidak mengetahuinya”.
Coba simak dalam hadist Rasulullah SAW tersebut. Disebutkan bahwasannya anak-anak kita akan menuntut kita karena kita tidak memberikan pendidikan yang benar kepada mereka dengan pendidikan agama. Oleh karena itu, inilah waktunya kita mawas diri dan menyalahkan diri kita atas apa yang terjadi pada saudara kita kaum muslimin, dimana mereka gampang sekali terjerumus ke dalam dosa demi dosa. Mari kita evaluasi diri kita masing-masing, apakah kita sudah mengajari serta memerintahkan anak-anak kita untuk membaca Al Qur’an serta mencintai Al Qur’an dan mengamalkan isi Al Qur’an ataukah justru sebaliknya kita letakkan mereka di dalam pendidikan formal tanpa mengenyam pendidikan agama sehingga mereka tidak dapat membaca Al Qur’an. Demi Allah! Suatu waktu nanti kita akan kembali kepadanya untuk mempertanggung jawabkan semua perbuatan kita semasa di dunia.