Perbedaan yang mencolok antara sopan santun dan akhlaq adalah sopan santun itu terkait dengan diri sendiri, tapi kalau akhlaq itu lebih banyak terkait dengan orang lain,
Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW kepasa Sayyidina Amr bin Salamah RA terkait dengan basmallah :
يَا غُلَامَ سَمِّ اللّهَ, وَ كُلْ بِيَمِيْنِكَ, وَ كُلْ مِمَّا يَلِيْكَ
“Wahai anakku,sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari apa yang dihadapanmu.”(H.R.Bukhori)
,
Maka kata Nabi Muhammad SAW, hendaknya kamu itu makan dengan tangan kananmu, Jadi makan itu dengan tangan kanan, apalagi minum, Jadi makan dan minum hendaknya dengan tangan kanan, kenapa? Tangan kanan itu diprioritaskan dalam agama Islam untuk sebuah kebaikan, sedangkan tangan kiri diprioritaskan oleh syaitan untuk melakukan aktivitas mereka,
Oleh karena itu, maka di sini kita harus paham definisi dari filsafat hukum tersebut, bahwasanya manusia itu dua macam, Ada Ashabul yamin, ada Ashabussyimal, Tidak ada yang lainnya, harus dia itu condong kalau tidak Ashabulyamin ya Ashabussyimal, Oleh karena itu, maka lebih banyak tafa’ulannya dia itu termasuk Ashabulyamin, selain karena dia itu mengikuti perintah Nabi SAW dan dia itu mengikuti qudwah kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang beliau itu tidak pernah makan dan minum dengan tangan kirinya, selalu dengan tangan kanannya,
Maka maksud utamanya itu adalah supaya kita selalu ingat bahwasanya semua yang menjadi adat-istiadat setan itu tidak baik dan jangan diikuti, Dari hal yang paling kecil sampai yang paling besar, Sehingga kita diingatkan hal itu selalu, ketika kita makan dengan tangan kanan, Ketika kita minum, dengan tangan kanan, Aktivitas kita yang baik, dengan tangan kanan, Aktivitas kita yang tidak baik, dengan tangan kiri, Supaya apa? Supaya kita ingat, ada Ashabulyamin ada Ashabussyimal, Ada cara Rasul, ada cara setan,
Hikmah yang besar yang bisa kita pantik dari masalah ini, itu lebih nyata di dalam untuk membedakan bahwasanya ada dua golongan, kita ini termasuk golongan yang mana? Karena Nabi SAW dalam sebuah hadits itu beliau bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk daripada golongan mereka”(H.R.Abu Dawud)
Lalu di dalam hadits lain, Nabi Muhammad SAW bersabda,
الْمَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ
“Seseorang itu tergantung kepada akhlaq atau agama dari temannya itu,”(H.R.Abu Dawud)
Berarti apa? Lingkungan itu sangat mempengaruhi, Oleh karena itu, kita lihat, Subhanallah ya, tanpa disengaja, bahkan tanpa dinyana, mereka yang tidak suka dengan kaum muslimin atau mereka yang bukan Islam dan kaum muslimin, itu lebih senang makan dan minum dengan tangan kiri, Jadi identik dengan Ashabussyimalnya itu, Na’udzubillah min dzalik, semoga kita bukan termasuk yang semacam itu,
Dan kita coba lihat, lingkungan mereka itu akan mendorong mereka, seakan-akan ada suatu kegengsian untuk meminum dengan tangan kanan, Jadi seakan-akan jadi trend, Seakan-akan kalau kita minum dengan tangan kiri itu keren, Dan itu dimunculkan dengan sengaja, di mana? Di sinetron, di film-film, di bioskop, dan lain sebagainya, Di iklan-iklan itu dengan tangan kiri dan sebagainya, Nah itu adalah promosi mereka,
Padahal, kalau kita di dalam Islam dan kaum muslimin, itu kita menggunakan tangan kiri ini untuk sesuatu yang tidak baik, Aktivitas yang tidak baik, yang tidak pantas untuk kita sebutkan, itu kita pakai tangan kiri, Tapi yang baik-baik dengan tangan kanan, Misalnya apa? Kita mau ngupil, pakai tangan kiri, Jang an pakai tangan kanan, Nanti habis kita ngupil, salaman sama gurunya lagi, Kan tidak pantas, Oleh karenanya, jadi pakai tangan kiri, supaya apa? Menjaga tangan yang kanan ini tetap suci, Tetap bersih, Tetap orang itu tidak merasa jijik untuk berdekatan dengan kita dan bersalaman dengan kita,
Nah, itu kan bisa jadi datangnya itu secara tiba-tiba, Jadi misalnya apa? Dia lagi bengong, ngupil, Kan banyak orang yang ngupil itu karena bengong gitu ya? Lagi bengong, ngupil, akhirnya datang satu orang tamunya, Kalau dia ngupilnya pakai (tangan) kanan, mau gak mau kan dia salaman dengan tangan kanannya, Atau telinganya dia begini-begini (mengorek telinga) dia pakai tanagn kanan, Setelah itu ada ustadznya dating, atau ada orangtuanya dating, salaman gitu, Belum juga digosok-gosok dengan bajunya, Nah ini kan yang terjadi itu yang seperti itu,
Coba kalau kita itu ikuti ajaran Nabi kita Muhammad SAW, maka tentunya kita akan mahbub wa mathlub, Jadi kita itu mau berdekatan dengan seseorang itu mudah, Inilah salah satu contoh,
Oleh karena itu, jadi selalu kita ingat setiap saat, Mau makan, kanan, Jangan yang kiri, Bahkan ada teguran keras kalau makan pakai tangan kiri, kecuali kalau terpaksa, Misalnya kita mau makan sama kerupuk, Kalau gak bisa sambil makan, apalagi kalau anak pesantren ya, Kadang rebutan begitu, Kalau seumpama pakai tangan kanan dulu, ditaruh dulu wah cepat habisnya itu nanti, Misalnya itu kan, Kan biasanya santri-santriwati itu kan begitu,
Tapi, lebih baik, “Walaupun aku kehabisan, gak jadi masalah, Yang penting aku mengamalkan sunnah”, Dan itulah yang menunjukkan akan nilai dari mutu keimanan seseorang,
Kita lihat bagaimana Sayyidina Al-Imam Bukhori RA, di antara manaqibnya, beliau yang setiap hari berpuasa itu puasa dahr, Puasa dahr itu tiap hari puasa, Sahurnya dengan satu tetidak air dan satu biji kacang, Berbukanya juga seperti itu, satu tetidak air dan satu biji kacang, Sehingga pantas beliau itu tidak masuk kamar mandi kecuali satu minggu sekali, Kan beda sama kita, satu hari paling sedikit itu tiga kali, Minimal itu, karena sanking banyaknya kita makan, Nah ini Imam Bukhori gak seperti itu,
Suatu waktu, Imam Bukhori ketika beliau mendengar di tepian laut yang sebelah sana itu terdengar ada satu orang yang bersin, Kalau dulu, orang itu cari orang yang bersin, Untuk apa? Supaya kita mentasymitnya, Jadi sunnah hukumnya mentasymit Al-athisy (orang yang bersin), Kalau ada orang yang bersin, maka jika dia membaca Alhamdulillah, kita membaca yarhamukalloh, Itu sunnah, Diajarkan oleh Nabi SAW,
Tapi kalau sekarang bersin, itu langsung (dicap) corona, Itulah keadaan sekarang ini, Jadi langsung lari, Bahkan anak bayi pun, di video yang viral itu, begitu ada ibu bersin, langsung dia (anak itu) lari, ‘Corona, corona,’ katanya, Itulah sekarang, Dulu, jadi mereka itu gak kenal, Penyakit gak kenal, penyakit semuanya, Yang mereka kenal itu adalah mereka getol dan sangat senang kalau mereka itu melaksanakan dan menerapkan sunnah-sunnahnya Nabi kita Muhammad SAW,
Bahkan, suatu waktu Al-Habib Ali bin Abubakar Assakran bin Abdurrohman Assegaf bin Muhammad Muladawilah bin Ali Shohibuddark bin Ali Al-Ghoyur bin Fagih Mugoddam, beliau seumur hidupnya tidak pernah makan semangka, Padahal semangka ada, Banyak di Yaman, Tapi beliau tidak memakannya, Kenapa? Karena tidak pernah sampai kepadanya, bagaimana caranya Nabi SAW itu makan semangka, Coba lihat, hanya cara makannya Nabi makan semangka itu bagaimana caranya, makan begitu saja atau dicampur dengan kurma dan lain sebagainya, karena gak sampai kepadanya bagaimana caranya Nabi maka disuguhi kepadanya dia gak makan, Ini salah satu contoh, bagaimana getolnya para auliya’ dan para ulama’ dahulu di dalam melaksanakan dan menerapkan sunnahnya Nabi kita Muhammad SAW,
Sahabat Abdulloh bin Umar RA termasuk sahabat yang begitu getol dan sangat penasaran, serta kemudian menerapkan semua sunnah-sunnah Nabi kita Muhammad SAW, Sehingga suatu waktu ketika beliau ingin melaksanakan ibadah haji, maka beliau membawa bahkan menyewa dengan uangnya, seseorang yang pernah berhaji atau melakukan safar bersama Nabi SAW, Untuk mengetahui, di mana Nabi SAW berhenti, Di mana Nabi SAW buang air, Di mana Nabi SAW makan, Di mana Nabi SAW melanjutkan (perjalanan), jam berapa dan lain sebagainya, semuanya diikuti, Sampai hal-hal yang kecil pun itu diikuti oleh beliau, Karena apa? Sebetulnya kalau kita ingin tau ya, kadar Mahabbah kita kepada Allah itu dengan kadar apa, Kadar Mahabbah kita kepada Nabi Muhammad itu dengan kadar apa, Lebih dari itu, kadar keimanan kita kepada Allah itu sampai ke mana, Sampai di mana batasnya, maka lihat bagaimana kadar getolnya kita, berusahanya kita, senangnya kita untuk menghidupkan sunnahnya Nabi Muhammad SAW, Dengan dasar firman Allah Ta’ala,
إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ تَعَالَى فَاتَّبِعُوْنِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ
“Kalau kalian itu cinta kepada Allah Ta’ala, ikutilah aku,”(Q.S.Al-Imron;31)
Tanda cinta kita kepada Allah Ta’ala adalah dengan mengikuti Nabi SAW, Mengikuti apanya? Mengikuti sunnahnya, Bukan sesuatu yang wajib, Sesuatu yang wajib itu adalah sesuatu yang lazim kita laksanakan, Bukan itu, Ini, sopan santun yang diajarkan, sunnah-sunnah yang diterapkan, itu yang kita ikuti, Yuhbibkumulloh, kalian akan mendapatkan cintanya Allah SWT,
Oleh karenanya, di antara fungsi sunnah-sunnah yang kita laksanakan dan kita terapkan dalam keseharian kita, maka dengannya kita akan mendapatkan Mahabbah Allah SWT untuk kita, Sehingga Allah mencintai kita, Cara terbaik, cara yang tercepat, cara yang paling singkat untuk kita meraih cinta-Nya Allah Ta’ala itu adalah dengan kita menghidupkan sunnahnya Nabi dan mengikutinya dalam keseharian kita dan segala aktivitas kita,
Nah itulah maksudnya Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.”(Q.S.Al-Ahzab:21)
Uswah dalam segala hal! Nabi Muhammad manusia biasa kan? Sebagaimana yang selalu beliau ucapkan dan sampaikan إنما أنا بشر مثلكم, Maka, sebagaimana beliau seorang manusia biasa, maka beliau itu juga kawin, beliau juga makan, beliau juga tidur, beliau juga beraktivitas yang menjadi sebuah adab manusia dan sebagainya, Dia lakukan semuanya,
Tapi di situ, bedanya apa yang dilakukan Nabi SAW itu menjadi uswah, Jadi Uswah bagi kita, Sehingga, ketika kita mau melaksanakan aktivitas apapun, ingat Nabi Muhammad, Mau masuk kamar mandi, kita dahulukan kaki yang sebelah kiri, Kenapa? Karena Nabi Muhammad begitu, Mau keluar kamar mandi, kita dahulukan kaki yang sebelah kanan, Kenapa? Nabi Muhammad begitu, Mau tidur, maka kita berbaring ke sebelah kanan, Kenapa? Nabi Muhammad begitu, Baca bismillahirrahmanirrahim 21x, Nabi Muhammad begitu, Membaca ayat kursi, lalu membaca Al-mu’awwidzatain sama surat Al-Ikhlas, lalu mengusapkan ke semua badan, Kenapa? Nabi Muhammad begitu, Mau makan? Dengan tangan kanan, baca bismillah dan lain sebagainya, Kenapa? Nabi Muhammad begitu, Jadi yang terpikirkan di pikirannya itu dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi, itu Nabi Muhammad,
Itu yang dimaksudkan oleh Nabi Muhammad SAW di dalam haditsnya, cara pendidikan seorang ayah kepada anaknya yang terbaik adalah cara yang diajarkan oleh Nabi kita Muhammad SAW, apa itu?
أَدِّبُوْا أَوْلَادَكُمْ عَلَى ثَلَاثِ خِصَالٍ,
Hendaklah didik anak kalian dalam tiga hal,
Apa itu?
عَلَى حُبِّ نَبِيِّكُمْ,
Untuk mencintai Nabi kalian,
عَلَى حُبِّ آلِ بَيْتِ نَبِيِّكُمْ ,
Untuk mencintai keluarga Nabi kalian,
وَ عَلَى تِلَاوَةِ الْقُرْآنِ ,
Dan untuk membaca Al-Qur’an,(H.R.Ad-Dailami)
Tiga hal ini kalau kita terapkan, maka itu adalah pendidikan yang terbaik, Mengalahkan segala macam pendidikan dan metode pendidikan yang ada sekarang ini, Terutamanya adalah mencintakan anak kepada Nabi Muhammad, Tahbib auladina linnabi SAW, Bagaimana caranya? Nah, sunnahnya, Kita gak bertemu dengannya, Maka sunnahnya itu, Metode yang paling cepat, paling kilat, dan paling singkat untuk kita mengetahui dengan sosok Nabi Muhammad SAW itu adalah dengan sunnahnya itu, Kenapa? Karena sunnahnya Nabi, meliputi segala aktivitasnya Nabi, Segala aktivitas kita ada sunnahnya, Bahkan, mohon maaf, di dalam berhubungan badan dengan istri, ada sunnahnya, Di dalam mandi, ada sunnahnya, Di dalam cara buang air, ada sunnahnya,
Lihat bagaimana Sayyidina Salman Al-Farisi, beliau itu meriwayatkan suatu hadits, beliau mengatakan,
كَانَ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ عَلَّمَنَا كُلَّ شَيْءٍ, حَتَّى فِى الْخَرَاءَةِ,
Adapun Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada kita semuanya, segala hal diajarkan oleh Nabi SAW, Bahkan di dalam cara buang air pun diajarkan”.(H.R.Muslim)
Sehingga apa? Apa lagi yang luput daripada aktivitas kita? Yang luput dari sunnahnya Nabi? Semuanya ada, Oleh karena itu, jadi kita dari kemarin perhatian itu kita membahas terkait dengan sopan santun itu, bersumber dari Nabi Muhammad SAW, Walaupun sebagian sopan santun itu ada yang tidak bersumber kepada Nabi SAW, tapi bersumber kepada adat-istiadat yang ditetapkan oleh orangtua, Itu juga termasuk daripada sopan santun, karena sopan santun itu sangat erat kaitannya dengan harga diri, Jika seseorang itu sudah tidak menerapkan dan melakukan sopan santun itu, maka harga dirinya itu akan tercabikkan, Tercederakan harga dirinya itu,
Oleh karenanya, harga diri itu definisinya dalam syar’i itu didefinisikan sebagai berikut :
تَخَلُّقُ الْمَرْءِ بِأَخْلَاقِ أَمْثَالِهِ فِى زَمَانِهِ وَ مَكَانِهِ
Berakhlaqnya seseorang, berbudi pekertinya seseorang dengan akhlaq yang sejawat dengannya, yang semisalnya, yang sepertinya, tergantung pada tempatnya, tergantung pada zamannya, Dia bisa berubah-ubah itu,
Jadi misalnya apa? Seperti al-faqir, yang dikenal di Indonesia sebagai seorang ustadz, Al-faqir keluar rumah misalnya pakai celana pendek, gimana itu? Nah berarti, rusak sudah harga diri saya,
Atau para ustadz yang ada di Hadhramaut sana, para da’i yang ada di Hadhramaut sana kalau pakai celana panjang? Wah bisa rusak itu harga dirinya, Tapi kita di sini, pakai celana panjang biasa saja, Karena asatidzah yang ada di Indonesia ini kebanyakan pakai celana panjang, Nah ini salah satu contoh,
Jadi artinya, itu tergantung kepada tempatnya, zamannya, dan tergantung kepada tempat dia itu berada,
Sopan santun kita berdakwah, di mana kita berinteraksi dengan semua kalangan di tempat kita berdakwah, maka hendaknya kita itu bertanya kepada orangtuanya di sana, Apa yang harus dibicarakan, apa yang tidak boleh dibicarakan, apa yang harus dipantik dan apa yang tidak boleh disinggung,
Nah untuk apa? Karena mereka itu lebih tau dengan keadaannya, Misalnya apa? Diundang di suatu tempat, kita gak pernah masuk di tempat itu, Kita harus pelajari dulu, Karena apa? Kita jelaskan pada masa-masa yang sebelumnya, bahwasanya الناس فى الدنيا معادن, Jadi manusia itu berbeda-beda, berbeda-beda tabiat, tipikalnya beda, pola pikirnya beda, tata cara kehidupannya beda, Semua tergantung status sosialnya, tergantung budayanya, tergantung tempatnya, semuanya itu seperti itu,
Oleh karena itu, maka hendaknya kita memposisikan diri di dalam posisi yang disenangi oleh semua orang, Semua orang menerima kita, Itulah artinya :
أُدْعُوْا اِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ,
Lihat bagaimana Abuya, Mahaguru kami, rahimahulloh rahmatal abror, Sayyid Muhammad Alwy Al-Maliki, beliau mengajarkan kita untuk berdakwah itu untuk menghindari kekerasan, untuk menghindari kata-kata yang kasar, untuk menghindari menyebutkan nama orang dan golongan, nah itu disebutkan di situ, Itu wasiat terakhir kepada murid-muridnya, para santrinya, Nah itu adalah al-hikmah wal mau’izhoh al-hasanah,
Walaupun kalau seumpama ada yang berdakwah dengan cara yang kasar, itu tidak bisa kita salahkan, Karena harus ada yang semacam itu juga, Karena Nabi SAW itu bukan cuma hariishun, ro’uufun, Tapi Nabi SAW itu juga gholiizh, syadiid kepada mereka yang memerangi Islam, yang memusuhi Islam dan kaum muslimin,
Jadi kalau kita itu kepada mereka itu dalam keadaan lembut dan sebagainya, nah itu menandakan bahwasanya kita itu kalah kepada mereka, gak boleh itu ditampakkan, Sehingga apa? Harus ada yang semacam itu,
Jadi, sistem yang berlaku di dunia ini, jangan kita lawan, Itu ada sistem di dunia, Ada api, ada air, Ada siang, ada malam, Ada lembut, ada kasar, Itu harus ada, Ada tinggi, ada pendek, Gak bisa kita itu melawan, Kalau kita melawan, kasihan dong yang pendek-pendek, Kalau kita melawan sunnatulloh, sunnah yang berlaku di alam ini, maka kasihan yang pendek, gitu, ‘Kenapa kamu diciptakan pendek?! Aku tinggi kok,’ Kan jadi masalah, Paham?
Misalnya apa? Ada orang, orangtuanya pendek, ibunya agak tinggi misalnya, Eh anaknya tinggi banget, lebih tinggi daripada orangtuanya, Terus disalahkan, ‘Ini bukan anakmu ini, Ini bisa jadi anak orang, hasil selingkuhan,’ dan lain sebagainya, Karena apa? Anaknya gak seperti orangtuanya, Kan masalah jadinya, Paham? Jadi sunnatulloh jangan dilawan, Kenapa itu putih? Kenapa ini hitam?
Kecuali kalau seumpama, yang bisa diperbaiki ya, Misal, kenapa ini gemuk? Kenapa ini kurus? Itu gak papa, Yang gemuk, kurusin, Yang kurus digemukin dikit, Tapi jangan sampai melebihi batas ideal, Nah, itu gak papa,
Tapi kalau hitam sama putih dipermasalahkan, sampai kapan? Sudah diciptakan seperti itu, ya sudah terima hitam, Kenapa? Masing-masing itu mempunyai kelebihan, Yang hitam punya kelebihan, yang putih punya kelebihan, Yang hitam punya kelebihan, kelebihannya apa? Badannya kuat, Yang hitam biasanya kuat, Yang putih, lemah biasanya,
Bibir bagusnya apa? Merah? Cokelat? Atau ungu? Bagusnya apa? Merah kan?
Warna bibirnya merah, cari calon istri yang bibirnya merah, Nah bibirnya merah itu lemah badannya, yang cokelat itu kuat badannya, Nah itu salah satu contoh, lihat, Jadi Allah Ta’ala itu meletakkan pola ciptaan-Nya itu dengan adil, Setiap orang dengan kelebihan dan kekurangannya, itu pasti,
Jadi jangan sampai kita itu mengatakan, “Wah Alhamdulillah yaa saya begini”, Pasti ada kekurangan di kita, sebagaimana ada kelebihan di orang lain, Itu pasti, gak mungkin luput, gak mungkin salah,
Oleh karenanya, hormati setiap orang, Karena apa? Ketika kita melihat kekurangannya, pasti ada kelebihannya, Jangan sampai kita dipermalukan dengan kelebihan dia, Karena kita sombong kepadanya dengan kelebihan kita, akhirnya kita dipermalukan dengan kelebihan dia, habislah kita, Nah, itu yang terjadi,
Oleh karena itu, jadi ingat, Kalau makan itu dan minum itu dengan tangan kanan, Bahkan bukan hanya makan dan minum, dari aktivitas kita yang mendahulukan tangan kanan, tapi semua aktivitas yang baik, kita dahulukan yang kanan, Tapi setiap aktivitas yang tidak baik dan tidak pantas dilakukan di depan orang atau tidak pantas disebutkan aktivitas itu, itu dengan tangan kiri, Misalnya apa? Cebok dengan tangan kiri, Buang hingus dengan tangan kiri, Apalagi? Ngupil dengan tangan kiri, Korek-korek kuping, ngilangken congeknya itu, nah itu dengan tangan kiri, Nah udah itu kita bersihkan jari-jemari, itu biasanya kan agak berbau itu, itu pakai tangan kiri, Supaya apa? Supaya orang yang mendekat kepadanya, ingin berinteraksi dengannya, dia tidak merasa jijik,
Itu maksudnya Imam Syafi’i mengatakan :
وَ لَا تُرِ لِلْأَعَادِيْ قَطُّ ذِلًّا فَإِنَّ شَمَاتَةَ الْأَعْدَاءِ بَلَاءُ
Jangan kalian tampakkan kekurangan kalian sedikit pun,
Jangan sampai tau kalau kita ini orangnya males, Jangan ada yang tau, Tunjukkan kepada mereka kita ini rajin, Jangan sampai ada yang tau bahwa kita ini adalah seorang pembohong, Tunjukkan bahwasanya kita ini adalah seorang yang jujur, Jangan sampai tau kita ini adalah seorang yang bakhil, Jangan, Karena apa? Kalau mereka tau, nanti mereka akan merendahkan kita, Menjadi sebab mereka itu bisa mencerca kita, Karena apa? Setiap orang yang tidak senang dengan orang lain, yang baik pun itu ditafsirkan, Apalagi yang tidak baik, Kesempatan mereka dapatkan itu, Itu maksudnya,
Jadi jangan kita itu membahagiakan musuh kita, Tapi kita harus menyengsarakan musuh kita, Itu yang harus kita lakukan, Itu dalam momen untuk kita itu berperang ya, Jadi artinya, kita kalau bisa jangan menganggap musuh kepada yang lain, Jadi kita rangkul semuanya, Nah karena yang menentukan kita begini begitu itu adalah Allah SWT, Pasti ada hikmah, Nah hikmahnya kita tidak tau, apa akhir kita, Karena keputusan yang akhir, kita ini baik atau tidak, mu’min atau tidak, muslim atau tidak, dicintai Allah atau tidak, termasuk yang beriman atau tidak, itu di akhirnya, Bukan sekarang,
Berapa banyak seseorang yang sudah sampai mencapai maqomnya wilayah, tapi masih bisa jadi zindiq, Artinya bisa keluar daripada Islam, Siapa yang tidak tau Barseso? Sudah sampai tingkatannya luar biasa, Muridnya luar biasa, Tapi lihat akhirnya, Begitu pula, mereka-mereka yang diberikan oleh Allah Ta’ala, na’udzubillah, su’ul khotimah,
Makanya kata Nabi SAW, “Ada hamba-hamba Allah yang Allah ciptakan untuk melayani-Nya, Jadi mulai hidup untuk melayaninya, dan meninggal untuk cinta kepada-Nya, Ada pula yang diciptakan oleh Allah Ta’ala untuk memusuhi-Nya, tapi meninggal dalam keadaan dicintai oleh Allah Ta’ala, Dan ada yang meninggal dalam keadaan yang biasa, yaitu meninggal dia itu mencintai-Nya dan meninggal dalam keadaan dicintai oleh Allah Ta’ala”, Semoga kita termasuk yang semacam itu,
Pokoknya, kita itu harus mengetahui dengan sunnatulloh yang tidak dirubah, Ada sunnatulloh yang tidak berubah, ada sunnatulloh yang bisa berubah, Kalaupun bisa berubah, itu menunjukkan keagungan dan kebesaran Allah SWT,
Jadi, kata Imam Hasan Bashri, kalau kita membicarakan hal ini, maka nanti ada sebuah kesimpulan yang seakan-akan, ‘Kalau begitu ya sudah, kita tawakkal saja kepada Allah, Toh Allah sudah menentukan kita ini baik atau tidak di akhirnya,’ Jangan, ya, Kita kalau ingin tau bagaimana akhir hidup kita, maka lihat bagaimana keseharian kita,
Sekali lagi saya sampaikan, bahwasanya Nabi kita Muhammad adalah seorang Nabi yang tidak pernah mengetahui sebuah kebaikan pun, terkait dengan apapun, kecuali sudah disampaikan kepada kita,
Itu yang terjadi, Sehingga apa? Seumpama, kalau kita ingin tau bagaimana akhirnya kita umurnya, Kan dikatakan, seseorang itu bukan ditentukan akhirnya pada saat itu atau pertengahannya, atau di awalnya, tapi di akhirnya, Apa gunanya kita setiap hari baca Al-Qur’an, khatamkan Al-Qur’an tapi akhirnya su’ul khotimah, Apa gunanya?
Bahkan Nabi SAW sudah menjelaskan yang semacam itu dalam hadits shohih yang disampaikan oleh beliau,
إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى لَا يَكُوْنَ بَيْنَهُ وَ بَيْنَهَا اِلَّا ذِرَاعُ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلَهَا, وَ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى لَا يَكُوْنَ بَيْنَهُ وَ بَيْنَهَا اِلَّا ذِرَاعُ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلَهَا,
“Demi Allah, Dzat yang tidak ada sesembahan yang haq selain Dia, sesungguhnya salah seorang dari kalian, benar-benar beramal dengan amalan penduduk jannah (surga) sehingga jarak antara dia dengan jannah itu tinggal sehasta. Namun dia didahului oleh al kitab (catatan takdirnya) sehingga dia beramal dengan amalan penduduk neraka, maka diapun masuk ke dalamnya.”(H.R.Muttafaqun Alaih)
Kita gak tau, Oleh karenanya gak perlu kita melaknat orang, per individu, Walaupun dia ahli maksiat? Walaupun, Walaupun dia kafir? Walaupun, Per individu ya, gak boleh,
Misalnya apa? John Trump dengan kata-kata yang tidak baik dan sebagainya, jangan, Belum tentu, bisa jadi dia masuk Islam di akhirnya, Karena kata-kata laknat itu, begitu keluar daripada mulut, maka dia akan mencari-cari orang yang dituju itu, Kalau orang yang dituju itu tidak tepat sasarannya, bukan seperti yang dikiranya, maka dia akan mencari-cari orang yang tepat, Gak dapat, akan kembali kepada dirinya sendiri,
Jangan melakukan sesuatu yang membahayakan diri kita sendiri, Cari hal-hal yang menguntungkan kita, Kenapa kalau urusan dunia kita gak mau rugi, tapi kalau urusan akhirat yang semacam ini kenapa kita lakukan? Semua tergantung kepada kita, Bagaimana kita ke depan itu bagaimana kita sekarang, Masa depan kita tergantung bagaimana kita sekarang,
Coba lihat bagaimana tadi saya mendengar dalam sebuah kiriman di medsos, manaqib daripada Habib Muhammad bih Thohir Al-Haddad rahimahulloh rohmatal abror, Beliau ituu diakui oleh gurunya sendiri, Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi shohibul mawlid, Kata beliau, “Aku bisa tau derajatnya dan maqomnya wali-wali itu, kecuali satu, Habib Muhammad bin Thohir, Setiap aku dapatkan dia, aku dapatkan dia dalam maqom yang berbeda lagi”, Padahal, ketika dia meninggal, umurnya baru 40 tahun sekian, Masih muda, Tapi lihat akhirnya, mengeluarkan dua orang yang menjadi sebuah ikon daripada Akhlaqul karimah, yaitu Habib Alwy bin Muhammad bin Thohir yang ada di Empang dan Habib Husein bin Muhammad bin Thohir yang ada di Tegal dengan Habib Husein Jombang,
Nah dua anak ini, ini semua karena orangtuanya,
Nah jadi kenapa beliau sampai begitu luarbiasanya? Karena beliau itu karomnya luar biasa, Karomnya itu tidak terbatas, Oleh karenanya, jadi beruntung ya bagi yang punya uang banyak, Dan saya doakan semoga para santri dan santriwati dan juga para wali santri semoga semuanya sugih insyaAllah, Semuanya kaya dan juga sehat wal afiyat, Dan juga semua yang mendengar di medsos semuanya, Kaum muslimin semuanya, Saya doakan selalu kepada Allah Ta’ala untuk murid saya,
اللّهُمَّ اجْعَلْنِي وَ إِخوَانِي وَ أَوْلَادِي وَ ذُرِّيَّاتِي وَ طَلَبَتِي وَ طَالِبَاتِي مِنَ الْعُلَمَاءِ الْعَامِلِيْنَ وَ الدُّعَاةِ الْمُخْلِصِيْنَ وَ مِنَ الْأَغْنِيَاءِ النَّافِعِيْنَ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ لَا حِسَابَ فِى يَوْمِ الدِّيْنِ,
Jadi orang kaya yang gak nanggung-nanggung kayanya, tapi manfaat bagi kaum muslimin, Dan satu lagi, apa itu? Nanti di akhirat gak ada hisabnya, Enak kan?
Nabi SAW mengajarkan seperti itu, Kalau berdoa itu yang enak-enak, Jangan, yaAllah aku minta ya Allah mati dalam peperangan dalam keadaan syahid, Minta aja, ‘Ya Allah meninggalkan aku syahid yang enak,’
Kata Nabi Muhammad SAW,
أَكْثَرُ شُهَدَاءِ أُمَّتِي مَاتُوا عَلَى الْفِرَاشِ,
Kebanyakan syuhada’ umatku itu mati di atas kasur,
Nah cari yang seperti itu aja, Daripada kita latihan perang dulu, latihan pedang dulu, belum tentu kita kuat ngangkat pedangnya, Lebih baik kita, نسأل الله العافية, Kata Nabi SAW, “Mintalah kebaikan, Jangan minta kesusahan”,
Ada satu cerita ini, Ada satu orang, dia itu waktu pergi ke Madinah pertama kali, dia berdoa, Nah jangan asal doa, Doa semua doa yang terkait dengan hajat kita semua sudah disediakan, Dalam Al-Qur’an ada, dalam hadits Nabi ada, dan juga para ulama’ sudah menunjukkan, Jadi jangan sok-sok pinter bikin-bikin doa sendiri gitu lho,
Nah seperti ini contohnya ini, Dia berziarah kepada Nabi Muhammad, setelah itu dia berdoa, “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ya Allah sabar seperti sabarnya Nabi Muhammad”, Nah ini permintaan yang besar, Bisa jadi dia gak mampu untuk merasakannya, tapi dia gak mikir ke situ,
Kalau minta itu minta yang enak-enak, “Ya Allah aku minta nikmatnya Nabi Muhammad, Minta kemuliaannya Nabi Muhammad”, Yang enak-enak itu, Ini tidak, sabarnya Nabi Muhammad,
Akhirnya, begitu sholat dia dijepit sama dua orang hitam-hitam, besar-besar, gendut-gendut, Jadi karena dia itu sholat di Roudhoh, sempit sekali, Sehingga apa? Ketika sujud dia dijepit dua orang, Sehingga pada saat itu sudah mau mati dia, Napas sudah tersengal-sengal, Di saat itulah dia ingat, ya Allah sabarnya Nabi Muhammad luar biasa ya, Nah ini, dikasih,
Jadi jangan minta yang aneh-aneh, Minta yang enak-enak, ya, Minta yang enak-enak, Apalagi zaman sekarang ini, minta yang enak-enak, Belum tentu anak-anak kita itu mampu untuk menjalaninya, Kita belum tentu mampu untuk menjalaninya, Anak-anak murid kita belum tentu mereka mampu untuk menjalaninya, Minta yang enak-enak,
Minta dunia yang melimpah tapi kita bersyukur, Tapi bermanfaat bagi kaum muslimin, Tapi menjadi modal untuk kita meraih ridho Allah, Nah seperti ini,
Habib Muhammad bin Thohir ini, dia mendapatka maqom yang besar, yang tinggi di sisi Allah, menjadi seorang wali yang juga mendapatkan wilayah yang luar biasa, itu karena karomnya, Sampai disebutkan pada zamannya, Hatim zamanih, Itu kan Hatim At-Tho’i terkenal, orang Arab yang terkenal kelowmanannya,
Beruntung yang kaya, Jadi yang ma’ruf, yang terkenal, selalu dia itu menyantuni para anak yatim, para janda, para fuqoro’, Rumahnya gak pernah tertutup, Untuk mereka para tamu, mereka menjamu dan sebagainya, Nah itu yang seperti itu beruntung,
Bahkan, di antara sebab yang dapat memadamkan murka-Nya Allah, itu adalah dengan karom, Jadi karom itu bisa memadamkan murka-Nya Allah Ta’ala, Dia banyak maksiat, tapi karom, dicintai Allah,
Makanya kan Nabi SAW bersabda,
السَّخِيُّ قَرِيْبٌ مِنَ اللهِ، قَرِيْبٌ مِنَ النَّاسِ، قَرِيْبٌ مِنَ الْجَنَّةِ، بَعِيْدٌ مِنَ النَّارِ, وَالْبَخِيْلُ بَعِيْدٌ مِنَ اللهِ، بَعِيدٌ مِنَ النَّاسِ، بَعِيدٌ مَنَ الْجَنَّةِ، وَ قَرِيْبٌ مِنَ النَّارِ,
Jadi orang yang lowman itu, dekat kepada Allah, dekat kepada manusia, dekat kepada surga, jauh daripada neraka, Tapi orang bakhil itu, sebaliknya, Jauh daripada Allah, jauh daripada manusia, jauh daripada surga, dekat kepada neraka(H.R.Tirmidzi)
Oleh karena itu, ayo kita sedikit demi sedikit kita berbicara tentang sopan santun ya, Karena sopan santun ini kalau kita tidak mempelajarinya akhirnya kita gak merasa, Kita merasa ini sudah sopan santun, eh ternyata bukan sopan santun,
Misalnya kalau seumpama ada satu orang, nah ini terkait dengan sopan santun ya, terkait dengan kebiasaan, Tapi sesuatu yang biasa ya, Jadi ada seseorang yang kadang-kadang kaku gitu ya, ngomongnya tuh gak bisa, akhirnya tergelincir, Nah jadi, keperucut gitu kata orang Jawa,
Jadi misalnya, saya lihat kepada keponakan saya ini, “Masya Allah Syafiq, tidurnya lucu banget ya kayak kucing”,
Kalau seumpama dikatakan begitu, seneng gak dia? Padahal saya memuji, Tapi saya katakan, “Masya Allah tidurnya lucu kayak kucing”, Pas gak? Nah itu salah satu contoh, Oleh karenanya, penting itu kiranya kita mempelajari sopan santun itu, Jadi supaya kita tidak salah-salah, sehingga semua orang itu senang dengan kita, Semua orang itu menerima dengan kita, terutama dengan dakwah kita dengannya insyaAllah,
https://disqus.com/by/roscarcyprus/about/
In my opinion it is obvious. I have found the answer to your question in google.com