Hari Raya Kurban
Dzulhijjah adalah bulan ke-12 dalam hitungan hijriyah, yang juga dikenal sebagai bulan haji. Dimana pada bulan ini umat islam dari segala penjuru dunia menyatu mendekatkan diri pada Allah SWT. Di tanah suci. Berkaitan dengan pelaksanaan ibadah haji pada tanggal 10 dzulhijjah, bulan ini juga terikat dengan salah satu hari raya umat islam, yaitu hari raya idul adha yang masyhur dikenal sebagai hari raya kurban. Selain melaksanakan ibadah haji, umat muslim juga menyembelih hewan kurban yang kemudian hasilnya akan dibagikan kepada para mustahiq zakat (orang-orang yang berhak menerima zakat) sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT., sekaligus menjalankan perintahNya dengan harapan dapat lebih dekat padaNya. Perintah kurban terdapat dalam surah Al-Kautsar ayat 2;
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ
Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah.
Kata kurban berasal dari bahasa arab قَرِب yang artinya dekat, istilah kurban sebenarnya sudah ada sejak zaman nabi Adam AS. berkenaan dengan kisah Qabil dan Habil yang diperintahkan untuk berkurban, lalu keduanya berkurban dengan apa yang mereka miliki, qabil dengan hasil perkebunannya sedangkan Habil dengan hewan ternak terbaiknya. Namun Allah SWT. hanya menerima kurban salah seorang diantara keduanya, yaitu Habil. Kemudian karena hal ini Qabil mendengki, hingga ia tega memukul kepala saudaranya sendiri hingga meninggal. Kisah kedua anak nabi Adam AS. ini diabadikan Al-Qur’an dalam surah Al-Ma’idah ayat 27;
وَٱتۡلُ عَلَيۡهِمۡ نَبَأَ ٱبۡنَيۡ ءَادَمَ بِٱلۡحَقِّ إِذۡ قَرَّبَا قُرۡبَانٗا فَتُقُبِّلَ مِنۡ أَحَدِهِمَا وَلَمۡ يُتَقَبَّلۡ مِنَ ٱلۡأٓخَرِ قَالَ لَأَقۡتُلَنَّكَۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلۡمُتَّقِينَ
Artinya, “Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.”
Namun menyembelih hewan kurban ini lebih sering dikaitkan dengan kisah nabi Ibrahim AS. bersama puteranya Ismail AS. Yang memang karena kisah itulah bermulanya perintah kurban yang dihukumi sunnah muakkad ( sunnah yang diutamakan). Kisah kurban nabi Ibrahim AS. juga Allah abadikan dalam surah As-Saffat ayat 102-110;
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ , فَلَمَّآ اَسْلَمَا وَتَلَّهٗ لِلْجَبِيْنِۚ, وَنَادَيْنٰهُ اَنْ يّٰٓاِبْرٰهِيْمُ ۙ, قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَا ۚاِنَّا كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ, اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْبَلٰۤؤُا الْمُبِيْنُ, وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ, وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِى الْاٰخِرِيْنَ ۖ, سَلٰمٌ عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ, كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ.
Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.
Maka ketika keduanya telah berserah diri, dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah).
Lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim!
sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
Dan Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,
”Selamat sejahtera bagi Ibrahim.”
Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sedemikian cinta nabi Ibrahim pada Allah SWT. hingga beliau rela memberikan apapun untuk diserahkan pada tuhannya. Itulah potret seorang hamba yang berserah diri, ia menyadari dengan pasti bahwa sejatinya tak ada yang ia memiliki selain kesempatan untuk mengabdi pada ilahi. Hingga kisah beliau diabadikan guna menjadi figur teladan umat-umat setelahnya hingga sampai pula pada kita umat nabi akhir zaman Muhammad SAW.
91jc86
0g92nl