Pembahasan kali ini kita akan berbicara tentang ketaatan dan kemaksiatan, Ketaatan dan kemaksiatan itu dua hal yang kontra, Dua hal yang selalu ada, Memang, ada keadaan ketiga, yaitu keadaan di mana seorang hamba itu tidak dalam keadaan taat dan tidak juga dalam keadaan maksiat, Oleh karenanya nanti di akhirat, ketika semuanya sudah dihisab, ada beberapa golongan, Di antara golongan itu, ada golongan yang ketika dihisab itu sama timbangan kebaikan dan keburukannya, Sehingga, mereka itu, nasibnya mereka itu, tergantung kepada masyi’ah-Nya Allah, Walaupun berkat kemuliaan Allah, akhirnya mereka juga dimasukkan semua ke dalam surga dan mereka dikenal sebagai Ashabul A’rof yang menjadi sebuah surat di dalam Al-Qur’an itu ya,
Maka, ketaatan dan kemaksiatan, serta keadaan yang tidak dalam keadaan taat dan tidak dalam keadaan maksiat, kalau kita bicara masalah itu, maka mungkin kita tidak bisa mengalihkan pembicaraan tersebut dari sumpah Allah SWT yang diabadikan di dalam Al-Qur’an firman-Nya, yang terjaga sepanjang masa, dan tidak ada yang bisa merubahnya siapa pun juga, Yaitu di dalam firman Allah Ta’ala,
وَالْعَصْرِ, إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ, إِلَّا الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ,
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”(Q.S.Al-Ashr:1-3)
Demi masa! Kenapa dimulai oleh Allah Ta’ala dengan bersumpah? Karena sumpah itu salah satu daripada pembicaraan dan ungkapan, pernyataan yang terkait dengan pemantikan dari sebuah perhatian, Jadi, Demi Allah, Demi Dzat yang Menciptakan diriku, Demi Dzat yang ruhku ada pada-Nya, sebagaimana Nabi Muhammad SAW selalu bersumpah dengan cara sumpah yang semacam itu, Maka memantik perhatian, Yang diajak berdiskusi, yang diajak berbicara itu kemudian mereka, ‘Apa? Apa?! Disumpahkan apa?’ gitu lho, Beda halnya kalau seumpama sekadar sebuah ungkapan atau sebuah pernyataan,
Tapi di sini yang kita amati, Allah SWT menyebutkan tentang kerugian terkait dengan tiga keadaan yang disebutkan tapi diawali dengan sumpah, dan sumpah-Nya itu terkait dengan masa,
Kenapa tidak terkait dengan Nabi Muhammad? Karena terbatas, Nabi Muhammad memang sepanjang masa ada, tapi yang kita kenal, yang bisa kita jangkau dengan panca indra kita oleh semua orang, bukan sebagian kalangan, itu adalah jasadnya, Dan jasadnya itu sementara, Artinya dari umur kelahiran beliau sampai umur 63 setelah itu selesai tugas beliau, sehingga yang ada itu Atsarnya, Karena atsarnya itu karena Allah SWT, baqiy wastamarr ilaa yaumil qiyamah, Itu yang terjadi akan tetapi tidak digunakan sumpah itu untuk Nabi Muhammad, padahal Nabi Muhammad itu paling mulia nya mulia sesuatu yang mulia, Tidak ada sesuatu ciptaan Allah yang lebih mulia daripada Nabi kita Muhammad SAW, Tapi Allah Ta’ala tidak bersumpah dengan nama Nabi kita Muhammad, Tidak bersumpah dengan Makkah, Tidak bersumpah dengan Madinah, Tidak bersumpah dengan Arsy, Tidak bersumpah dengan para malaikat, Tidak bersumpah dengan sesuatu apapun juga, Tapi disumpahkan itu dengan Demi Masa, Kenapa? Karena masa itu adalah kendaraan kita,
Kendaraan dari tiga keadaan yang disebutkan tadi yang menjadi pembahasan kita malam ini, itu adalah kendaraan yang dinamakan waktu, Masa, Dan masa adalah satu-satunya ciptaan Allah Ta’ala yang tidak ada duanya, hanya satu, Jadi di antara ciptaan-ciptaan Allah ada yang ada duanya, seperti manusia banyak sekali, seperti binatang banyak sekali, seperti langit ada 7, bumi dan lain sebagainya dengan 7 lapisannya, Tapi masa itu salah satu dari yang diciptakan hanya satu, tidak ada yang lainnya, Apa itu? Jadi waktu yang telah berlalu tadi ya, 1 menit tadi, itu tidak akan kembali lagi, Sepanjang masa tidak akan kembali lagi, Sampai di akhirat tidak akan kembali lagi, Nah itu maksudnya Allah Ta’ala menciptakan hanya satu, Jadi sesuatu yang paling berharga,
Oleh karenanya diibaratkan oleh para ulama, mereka mengatakan,
وَ دُرَّتُهَا تَعْلُوْ عَلَى أَلْفِ دُرَّةٍ
Jadi per detiknya dari waktu-waktu yang kita lewati, yang menjadi kendaraan kita, baik apapun keadaan kita pada saat itu, itu melebihi nilainya dari pada seribu berlian, Kenapa? Karena siapa di antara kita yang mampu untuk mengembalikan waktu yang sudah berlalu? Walaupun dia itu mempunyai dunia dan seisinya, Walaupun dia itu mempunyai uang milyunan rupiah, Tidak akan bisa mengembalikannya,
Oleh karena itu, maka dikatakan bahwasanya waktu itu adalah sesuatu yang paling berharga, Sehingga karena berharganya, Allah SWT berfirman dan memulai firman-Nya tersebut dengan sumpah-Nya, wal Ashri, Demi Masa,
Oleh karena itu tiga hal yang akan kita sebutkan ini, itu terkait dengan masa, Karena apa? Waktu, Keadaan, Sebagaimana disebutkan lagi di ayat yang lainnya,
يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا, بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا,
“pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.”(Q.S.Al-Zalzalah:4-5)
Jadi semuanya pasti diceritakan oleh Allah SWT,
لَا يَخْفَى عَلَيْهِ خَافِيَةٌ
Tidak ada sesuatu yang samar, semuanya tampak kepada Allah Ta’ala,
وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تُسِرُّوْنَ وَمَا تُعْلِنُوْن
“Dan Allah mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan.”(Q.San-Nahl:19)
Nanti di akhirat, ketika kita sedang dihisab itu semuanya ditampakkan oleh Allah, Ada sebuah gambar yang besar, yang menayangkan sebuah video, Video apa? Relay apa yang telah kita lakukan sebelumnya, baik itu maksiat maupun itu sebuah ketaatan, Kalau sekarang seperti tayangan ini, 100 tahun lagi kita bisa melihatnya lagi, Sepuluh tahun lagi kita bisa melihatnya kembali, Itu bikinannya manusia, bagaimana dengan ciptaan-Nya Allah?
Nah jadi jangan sampai kita katakan, “Mana mungkin, Mana mungkin”, Manusia saja bisa menciptakan, apalagi Allah SWT lebih bisa menciptakan yang semacam itu, Nah ini termasuk daripada sebagian kekuatan, sebagian sebagian kekuasaan, sebagian keperkasaan, sebagian Qudrot-Nya Allah SWT yang mampu dilaksanakannya,
Oleh karena itu, para hadirin yang dimuliakan oleh Allah Ta’ala, maka hendaknya kita itu harus mengevaluasi dan juga introspeksi diri setiap waktu, setiap saat jangan sampai menjadi orang yang merugi, Siapa orang yang merugi? Orang yang merugi ini yang termasuk tiga hal ini, Siapa yang beruntung? Yang beruntung yang melaksanakan 3 hal ini, Siapa yang tidak beruntung dan tidak rugi? Nah mereka yang bukan dalam keadaan keduanya, Kebalikannya itu, Tapi tetap, itu dalam pandangan Allah termasuk yang rugi, Kenapa? Sesuatu yang baik sedia kalanya, harusnya, yang harus dilakukan dengan sesuatu yang baik itu adalah sesuatu juga yang terbaik, Itu logika kita, mengungkapkan sebuah pernyataan yang semacam itu, Dan itu memang benar adanya, Artinya apa? Jadi kalau kita itu harus bisa menempatkan diri bahwasanya waktu yang kita lewati itu, adalah sesuatu yang paling berharga,
Oleh karenanya, di antara nikmat-nikmat yang besar yang Allah berikan kepada hamba-Nya adalah Ni’matul Ijad, Ni’matul Ijad itu artinya dari kita diciptakan sampai kita sekarang ini, berada ini, Ini adalah nikmat yang paling besar, yang paling agung daripada Allah Ta’ala, Kenapa? Terkait dengan waktu,
Nah, Oleh karena itu, jadi yang paling penting di sini adalah kita itu introspeksi diri, Yang dilakukan oleh Sayyidina Al-Habib Hamid bin Umar Al-binhamid, dimana beliau itu setiap mau menjelang tidur, beliau itu introspeksi diri, Dari mulai semenjak bangun tidur sampai kemudian saat akan tidur kembali, Apa saja yang dilakukannya? Apakah di situ ada maksiat? Apakah di situ ada sebuah kezhaliman? Apakah di situ ada sebuah penyakitan atau yang menyakitkan seseorang? Tanpa sengaja atau disengaja, dia ingat-ingat terus, Jadi mulai jam 6, di mana aku berada pada waktu itu, Jam 7 di mana aku berada pada waktu itu, Dengan siapa aku berinteraksi, Semuanya diingat, diingat-ingat,
Kalau seumpama dia teringat, ada salah satu tindakannya, ucapannya, atau dia melakukan suatu kezhaliman kepada manusia terkait dengan apapun juga, maka disaat itu juga dia langsung tinggalkan rumahnya dan pergi kepada orang yang bersangkutan meminta maaf,
Tapi kalau seumpama dia ingat-ingat, dia tidak mendapatkan pada dirinya sesuatu yang menyalahi aturan Allah, perintah Allah, perintah Nabi kita Muhammad SWT, maka di saat itulah, apa yang dia lakukan? Dia berkata kepada Allah untuk menyaksikan ucapannya, “Ya Allah, saksikan! Kalau seumpama dari semenjak pagi hari ini sampai sekarang ini, ada salah satu manusia, hamba Allah yang dia telah melakukan suatu dosa kepada saya atau yang berhak dia mendapatkan dosa karena saya, maka Ya Allah, saksikanlah! Mulai saat ini saya sudah maafkan dia, Dan saya tidak akan menuntutnya, gak di dunia, gak di akhirat nanti”,
Lalu setelah itu dia itu pergi ke tempat istrinya, Setiap malam, bukan setiap minggu, Setiap malam, bukan setiap bulan, Setiap malam bahkan, bukan setiap tahun seperti yang kita lakukan, Apa yang dilakukannya? Apa yang dikatakannya? Apa yang diucapkannya? Apa yang diungkapkannya kepada istrinya? Dia katakan kepadanya, “Istriku, kalau semenjak pagi hari sampai sekarang ini ada hakmu yang belum aku laksanakan, ada ucapanku yang menyakiti hatimu, ada tindakanku yang menzhalimi kamu, tolong maafkan suamimu ini, Yang penting jangan ada salah aku kepadamu, kecuali kau maafkan sekarang kepadaku”, Apa katanya istrinya? Katanya, “Baik, aku meridhoinya aku memaafkannya, Dan aku meyakini engkau tidak melakukan sesuatu yang membuat aku tersinggung, terlukai perasaannya ataupun tindakan kezaliman yang kamu lakukan kepadaku”,
Tapi kenapa Al-Habib Hamid Umar sampai mengungkapkan yang semacam itu? Karena apa? Karena ini terkait dengan manusia, Kalau sudah terkait dengan manusia berarti terkait dengan dosa, Dosa itu ada tiga, Sebagaimana ketaatan, dosa itu ada tiga, Yang pertama adalah dosa yang tidak akan dimaafkan sama sekali, Apa itu? Dosa syirik, Menyekutukan Allah, Ada dosa yang pemaafannya itu tergantung kepada Masyi’ah-Nya Allah, Dan ada dosa yang tidak akan dimaafkan, kecuali tergantung kepada orang yang bersangkutan, yaitu dosa yang terkait dengan hak adami, Itu dosa yang Allah tidak akan memaafkan, kecuali kalau orang itu memaafkan, Nah oleh karenanya, maka dia ungkapkan,
Karena apa? Itulah orang cerdas, Bukan yang terkait dengan dunia memikirkan yang evaluasi yang instropeksi, itu orang yang cerdas, tidak! Salah, Karena apa? Tidak ada suatu ungkapan dan pernyataan yang lebih baik dari ungkapan dan pernyataan dari Nabi kita Muhammad SAW,
Nabi kita Muhammad SAW sudah menjelaskan dan menyatakan di dalam haditsnya,
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا، وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
“Orang yang pandai (kuat) adalah yang mengevaluasi dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah.” (HR: Al-Tirmidzi)
Orang yang cerdas itu adalah orang yang selalu menghitung-hitung amalnya, mengevaluasi amaliyah, Per harinya, per minggunya, perbulannya, Bahkan mereka itu mencatatnya, Sampai sedemikian rupa, Karena apa? Takut sampai ada yang luput, takut sampai ada yang salah, takut sampai ada yang disengaja atau tanpa disengaja dia lakukan, Sampai sebegitu,