Apakah itu Mudahanah? Mudahanah itu adalah kita mengorbankan akhirat kita untuk urusan dunia kita, Jadi supaya kita dianggap baik sama orang itu, supaya tetap kebaikan dia itu mengalir kepada kita, supaya dia itu tetap ridho kepada kita, tidak marah pada kita, sampai kita korbankan, melakukan dosa, Dia ghibah, kita diam saja, Dia melakukan dosa depan kita, kita diam saja, Itu namanya Mudahanah, Haram hukumnya,
Tapi kalau Mudaaroh, itu tidak papa, Mudaaroh itu, tidak ada yang melakukan Mudaaroh, kecuali karena kecerdasan dia, Karena luasnya akalnya, luasnya kebijakannya, bagusnya akhlak karimahnya, sehingga seorang itu melakukan Mudaaroh, Apa Mudaaroh? Kebalikannya, Mengorbankan dunianya untuk urusan akhiratnya, Itu Mudaaroh namanya, Dan itu kebiasaan Nabi kita Muhammad, kebiasaan para ulama, kebiasaan para Sholihin, kebiasaan para Aulia’, Dan itu yang ditanamkan di dalam diri para dzurriyat Nabi Muhammad SAW, oleh kakek moyang mereka, Jadi Mudaaroh, itu mengorbankan dunianya untuk urusan akhiratnya, Jadi kita mengundang orang, kasih makan, Kita korbankan dunia kita, Akhirnya mau datang, kita ajari,
Saya punya Abah itu pedagang, Pernah berdagang, itu bukan untuk dunia, Setelah kita itu tahu, sekarang ini, Setelah berlalu dari waktu-waktu yang berlalu kepadanya, memang cari duitnya untuk masukan, untuk memberi nafkah, tapi tidak seberapa, Maksud tujuan utamanya beli itu, berdagang itu dari memfoto ya,
Nah dulu kan foto itu jarang, Saya punya Abah, beli alat foto, Nanti kasih tahu, nanti besok jadinya, Besok kumpul semua ya, di sini ya, Sambil diproses fotonya, sambil nunggu kering fotonya, “Gimana kalau sambil kalian semuanya berkumpul, saya ajari bagaimana cara untuk wudhu yang benar, bagaimana cara sholat yang benar”, Nah ini Mudaaroh namanya, Mengorbankan waktunya, mengorbankan hartanya, mengorbankan apa yang dia punya, untuk supaya mendapatkan akhirat, Nah ini yang namanya Mudaaroh, Tapi kalau Mudahanah tidak benar, Bahkan Nabi SAW memberikan sebuah ancaman bagi sebuah keadaan yang kita itu tidak luput darinya, Kita over di dalam menghormati seseorang yang kaya raya,
Over kita itu dalam menghormati para pejabat, Karena apa? Ingin menjilat mukanya, Nah ini yang gak bagus, ya, Sebagaimana dikatakan oleh Nabi kita Muhammad SAW :
مَنْ تَوَاضَعَ لِغَنِيٍّ لِغِناَهُ فَقَدْ ذَهَبَ ثُلُثَا دِيْنِهِ
“Barangsiapa merendahkan dirinya di hadapan orang kaya karena kekayaannya sungguh orang itu telah lenyap atau hilang dua pertiga agamanya.”(H.R.Bayhaqi)
Barang siapa yang menghormati orang kaya yang sholeh, apalagi yang gak sholeh ini, karena kekayaannya, bukan karena kesholehannya, Bukan karena kemanfaatannya, Bukan karena kebaikannya, tapi karena kekayaannya, Karena dia orang kaya, maka akan pergi darinya dua pertiga agamanya, Nah berarti yang semacam itu dihindarkan,
Kalau seumpama kita itu tidak mempunyai keluasan akal, tidak mempunyai akhlaqul karimah, kita tidak mempunyai kebijakan yang luas, maka kita tidak bisa melakukannya, Nah oleh karenanya, yang demikian itu, kita harus bina sedikit demi sedikit, Bagaimana caranya? Begitu kita itu kenal sama orang baru, jangan kita melakukan padanya yang seperti yang kita biasa lakukan kepada teman-teman kita atau sekitar kita, Karena bisa jadi ini beda orangnya, Karakternya beda, Pikirannya beda, Bisa jadi semacam itu, Nah itu yang demikian itu, yang bisa melaksanakannya dinamakan Ahlu Dzauq,
Tapi yang tidak bisa seperti itu, tidak punya dzauq itu namanya, Jadi tidak tahu rasa, Tidak bisa menjaga perasaan orang, Dia tidak bisa menempatkan dirinya, Ini yang semacam itu, Dan itu sebuah tuntutan dalam syariat Islam, yaitu mensinkronkan diri dalam setiap keadaan, Bagaimana caranya? Tadi sudah disebutkan, kita mensinkronkan diri itu, karena kita yang ingin mensinkronkan diri kepada mereka, berarti kita jangan berulah, Jangan over dulu, Semuanya itu dilakukan dengan standar, Sampai kita tahu benar, bagaimana sifat yang ada pada diri mereka, baru kemudian kita boleh agak melonggar,
Tentunya kemudian yang kedua adalah, kita menerapkan akhlakul karimah, seperti yang diajarkan oleh Nabi kita Muhammad SAW, dengan kita berkiblat dan berqudwah kepada Nabi Muhammad SAW, Yang jelas kalau kita berqudwah dengan Nabi Muhammad, semua akhlaknya Nabi Muhammad kita terapkan, di mana saja, di kalangan apa saja, di komunitas yang bagaimana saja, pasti diterima oleh mereka, Karena apa? Berdasarkan dengan keluasan akal yang dimiliki oleh Nabi SAW, serta tingginya akhlakul karimah daripada Nabi Muhammad SAW, Jadi apa saja yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad, kita terapkan, Dari mulai sifat sabarnya, sifat karomnya, sifat menahan dirinya, sifat menjaga perasaannya, sifat tutur katanya, sifat lembut tindakannya, dan sifat-sifat yang lainnya, nah kita terapkan di situ, dengan kita itu berkiblat kepada Nabi SAW, pasti diterima, Karena itu termasuk standar, bahkan di atas standar yang diterima oleh setiap kalangan maupun komunitas,
Nah oleh karenanya, tidak mungkin kita itu tahu dan bisa berqudwah kepada Nabi SAW, kalau kita tidak paham bagaimana akhlaknya Nabi, Kita harus tau dengan Syama’ilun Nabi, Nah Syama’il itu banyak, dalam kitab-kitab disebutkan, Ada Syama’il lil Qodhiyat, Ada Asy-Syifa’, Ada Syama’il yang dibuat oleh Imam Suyuthi, Jadi banyak hal yang dikarang oleh para ulama,
Nah itu kita baca di situ, Akhlaqnya Nabi itu bagaimana? Kepada anak-anak itu bagaimana? Kepada para wanita itu bagaimana? Kalau tetangga bagaimana? Bawahan gimana? Semuanya ada, Karena apa? Semua tipikal yang kita inginkan untuk kita terapkan di dalam masyarakat kita, semuanya ada pada diri Nabi Muhammad,
Oleh karenanya, Allah Ta’ala berfirman,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ اللّٰه أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ,
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu”(Q.S.Al-Ahzab:21)
Jadi kalau sudah ada pada diri Nabi Muhammad, pasti diterima, Kita terapkan di kalangan orang Eropa, diterima, Di kalangan orang Afrika, diterima, Di kalangan orang Asia, diterima, Di mana saja, bangsanya apa, agamanya apa, pasti diterima oleh mereka, Karena apa? Sempurna, Berbeda kalau kita terapkan dengan dasar budaya kita, adat kita, ya, Atau sesuatu yang kita kira planning kita, itu belum tentu,
Oleh karena itu, ayo perbanyak khazanah kita, terkait dengan sirah atau sejarah Nabi kita Muhammad SAW, Semoga kita bisa terapkan sedikit demi sedikit ya, Semoga dapat dimengerti yang semacam ini, Agar menjadi modal yang kuat untuk kita itu bisa diterima oleh semua kalangan,
Jadi setiap kalangan itu mempunyai masalah sendiri-sendiri, mempunyai kelebihan sendiri-sendiri, mempunyai kekurangan sendiri-sendiri, yang harus kita menghadapinya dengan cara profesional, Profesionalisme, yaitu dalam hal itu kita membutuhkan kepada tingginya akhlaqul karimah, keluasan daripada kebijakan kita, serta kepada cerdasnya kita di dalam menghadapi situasi yang semacam itu,
Semoga kita semua dimudahkan Allah Ta’ala, karena sebagaimana doanya Nabi SAW, “Ya Allah, berikanlah kami hidayah yang Engkau buat untuk berakhlakul karimah, Karena kalau Engkau tidak memberikan hidayah itu, maka tidak ada seorang pun yang bisa ber-akhlak ul karimah, kecuali dengan hidayah daripada Allah semata”,
Insya Allah, semoga dimudahkan untuk kita semuanya, ya, Aamiin